Call Center Kantor

(0232) 8911 497

WhatsApp Official

0811 2444 851

APA KATA TEH NIA MENGENAI SANTRI ZAMAN SEKARANG?

Ustadzah Sovania Elistiana akrab dengan sebutan Teh Nia, ia lahir di Jakarta, 3 Januari 1996. Beliau termasuk salah satu Keluarga Pondok Pesantren Nurul Huda Kertawangunan, karena telah menikah dengan anak pertama dari Alm. KH. Hafidzin Nawawi, yang bernama H. Muhammad Iftor Nawawi.

Teh Nia juga termasuk asatidzah di Pondok Pesantren Nurul Huda Kertawangunan, sekaligus pengajar di pondok terutama dalam Jurusan Kitab Turots. Tujuan Teh Nia menjadi pengajar di pondok untuk menambah pengalaman dalam mengajar dengan santri yang memiliki karakteristik yang berbeda – beda.

Dulu juga beliau merasakan suka dukanya menjadi santri. Sukanya Teh Nia di pondok itu, bisa memahami pelajaran agama dengan fokus, bersosialisasi dengan teman-teman yang berbeda-beda asalnya dari berbagai daerah, dari Jawa dan luar Jawa, bisa belajar mengatur diri baik pelajaran pondok atau sekolah, belajar mandiri, mengatur keuangan mengurus diri dan menyelesaikan masalah. Dukanya yaitu harus mengantri dalam segala hal, harus bangun lebih pagi agar bisa dapat kamar mandi, pernah sahur hanya makan biskuit, dan harus menyusul pelajaran yang jadwal pagi karena sekolahnya di luar pondok.

Setelah lulus SMK, Teh Nia sempat tidak mau untuk melanjutkan ke jenjang selanjutnya. Tetapi, ia mendapatkan motivasi dari Almarhum Ua Aziz beliau mengatakan, “Kuliah-lah karena zaman sekarang berilmu saja tidak cukup, tapi harus di imbangi dengan memiliki ijazah sarjana. Karena, banyak hal-hal administratif yang mensyaratkan S1”. Kyai Rusyda juga memberikan motivasi yaitu, “kuliahlah karena ijazah itu bisa menjadi taring seorang santri“.

Akhirnya Teh Nia memutuskan untuk kuliah di Universitas Al-Ihya Jurusan Bahasa Inggris. Alasan ia masuk jurusan tersebut karena dulu pernah kursus bahasa inggris dan tertarik dengan Bahasa Inggris. Motivasinya ingin berdakwah ke beberapa negara di luar negara Indonesia dengan menggunakan Bahasa Inggris yang sebagai bahasa internasional.

Sebenarnya beliau lebih ingin masuk jurusan keagamaan atau bahasa arab. Untuk bahasa arab karena tidak ada di Kuningan dan Ua Aziz tidak mengizinkan jika pindah dari pondok, kenapa tidak jurusan keagamaan? karena, Ua Aziz berkata, “Jurusan keagamaan cukup didapatkan di pondok, maka kuliahlah dengan jurusan umum agar seorang santri tidak hanya pandai dalam bidang keagamaan saja, tapi pengetahuan umum juga”.

Pendapat Teh Nia tentang santri zaman dulu dan zaman sekarang yaitu, santri zaman dulu tidak begitu mengenal teknologi, mereka fokus menghafal dan berkhidmah kepada guru sehingga banyak santri yang bisa menjadi penerus ulama. Sedangkan santri zaman sekarang mengikuti kemajuan zaman, mengikuti teknologi, menjadi tantangan tersendiri dalam mempelajari ilmu agama, sehingga beberapa santri hanya memiliki julukan santri saja tetapi tidak sesuai dengan perilakunya. Tetapi, kemajuan teknologi bisa menjadi positif bagi santri jika digunakan dengan baik sebagai media dakwah.

Penulis : Jihan Ulfah Talita

Editor : Jihan Ulfah Talita, Yayang Aufa, Faizah Putri

Add a Comment

Your email address will not be published.